Minggu, 10 April 2016

aspek geografi dalam pembangunan

Dalam proses pembangunan dan pengembangan suatu wilayah, tidak dapat terlepas dari kajian Geografi, Geografi yang merupakan ilmu yang mempelajari kaitan antara manusia, ruang ekologi, kawasan dan perubahan-perubahan yang terjadi dan akibat dari kaitan antar berbagai hal tersebut. Salah satu cabang Ilmu Geografi adalah Geografi Pembangunan. Geografi Pembangunan merupakan suatu studi yang memperhatikan aspek-aspek Geografi dalam menunjang suatu pembangunan dan pengembangan wilayah. Aspek-aspek dalam pembangunan antara lain : Aspek Fisik, Aspek Manusiawi/Sosial, Aspek Biotis, Aspek Abstrak, yang semua aspek tersebut ialah kajian dalam ilmu Geografi yang juga merupakan aspek-aspek yang terkandung dalam kajian Geografi.
Kegiatan pembangunan adalah suatu kegiatan yang memiliki dua sifat yaitu sifat akademis dan sifat birokratis dalam prosesnya. Dengan demikian, pendekatan geografi sangat diperlukan dalam kegiatan pembangunan. Dalam pelaksanaanya, pendekatan geografi tidaklah sederhana. Beberapa cara untuk menetapkan proses pembangunan dapat disebutkan antara lain dengan menerapkan teori Economic Base, Multiplier Effect yang berkaitan dengan teori input-output dan penerapan teori lokasi,(Location Theory), teori pusat (Central Place Theory) dan penerapan teori Kutub Pengembanngan (Growth Pole Theory). Teori-teori ini telah dipelajari pada pertemuan perkuliahan sebelumnya, teori-teori ini melahirkan konsep ekonomi seperti konsep Industri Penggerak (leading industry), konsep Polarisasi dan konsep penularan (trickle atau spread effect).
Namun dalam kenyataannya, beberapa kelemahan penerapan cara-cara di atas dalam penetapan kegiatan pembangunan di Indonesia dihadapkan pada faktor politis pengambil kebijakan di tingkat kabupaten/kota utamanya pada era otonomi daerah saat ini, seperti faktor ketersediaan dana dan bidang tanah tempat dilaksanakannya suatu pembangunan. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan geografi menjadi faktor kunci dalam kegiatan pembangunan berdasarkan penetapan prioritas secara tepat. Pendekatan geografi dalam pembangunan paling tidak menggabungkan dua hal yang berbeda dalam substansi analisis yaitu domain akademik dalam kajian berbagai aspek dan domain birokratik, kaitan denag ranah birokrasi.
Secara sederhana, dapat kita lihat contoh pengembangan wilayah di Indonesia, usaha untuk memperoleh hasil/manfaat yang lebih baik dari kegiatan pengembangan atau pembangunan suatu “wilayah” selalu berorientasi pada kehendak pemegang kedaulatan atas wilayah. Rakyat yang seharusmya diekspresikan dalam perangkat Undang-Undang dan berbagai program-program pembangunan seperti RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) dan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), karena pada dasarnya kegiatan pembangunan diarahkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, lahir dan batin, pendapat-pendapat dari sudut pandang ekonomi, sosial budaya dan keamanan tidak dapat diabaikan dalam pembangunan Bangsa.

A.     Aspek Geografi terkait Pertimbangan Pembangunan
Aspek Geografi
Dalam garis besar, geografi dapat dibagi menjadi dua bagian, geografi fisik dan geografi manusia.Fisik geografi studi tentang aspek-aspek fisik, sementara manusia-sosial-geografi studi tentang aspek-aspek sosial. Kedua aspek memiliki pengaruh pada lingkungan hidup manusia. Aspek fisik meliputi: bantuan bumi, mineral dan struktur batuan, air, cuaca dan iklim, flora fauna juga. Sementara itu, aspek sosial melibatkan aspek sosial, ekonomi politik, dan budaya. Dalam geografi, aspek fisik dan aspek social selalu berhubungan dengan ilmu-ilmu lain.
1.       Aspek Fisik
Aspek geografis yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia adalah aspek fisik. Beberapa aspek fisik yang mempengaruhi kehidupan manusia, misalnya: iklim, lega, gempa bumi, vulkanisme dan sebagainya. Tentu saja dalam aspek-aspek geografi fisik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia begitu banyak, tapi dalam pembahasan ini mereka terbatas pada beberapa aspek.Contoh aspek fisik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia adalah sebagai berikut:
a.       Iklim dan unsur-unsurnya.
Iklim merupakan elemen geografis penting yang dapat mempengaruhi kegiatan manusia.
Kondisi Iklim di permukaan bumi bervariasi. Faktor-faktor yang membentuk dari kawasan Asia adalah negara kepulauan yang memiliki empat karakteristik iklim dasar, mereka adalah:
·         Suhu rata-rata tahunan yang tinggi.
·         Memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
·         Kelembaban udara tinggi.
Pengaruh iklim terhadap kegiatan manusia:
·         Nelayan mulai pergi ke laut (berlayar ke laut) di malam hari, karena mereka menggunakan angin lahan, sebaliknya pada siang hari, nelayan kembali ke tanah dengan menggunakan angin laut.
·         Sekitar bulan Oktober-April petani dari Asia mulai bekerja di tanah mereka, karena dalam bulan-bulan memiliki musim hujan.
b.       Relief Bumi
Relief bumi adalah tinggi rendahnya permukaan bumi. Relief bumi merupakan aspek fisik geografi yang mempengaruhi kehidupan manusia maupun tumbuhan. Berikut ini beberapa pengaruh relief bumi terhadap kehidupan manusia. Pengaruh relief bumi terhadap pertumbuhan tanaman dapat kita pelajari dalam klasifikasi iklim junghuhn berikut :
    • Zona panas = 0 – 700 meter  Jenis tanamannya padi, jagung, tebu dan kelapa
    • Zona sedang = 700 – 1500 meter Jenis tanamannya kopi, coklat, teh, kina, karet dan hortikultura.
    • Zona sejuk = 1500 – 2500 meter Jenis tanamannya cemara dan pinus.
    • Zona dingin = lebih dari 2500 meter Jenis tanamannya lumut.
c. Gempa bumi
Gempa, baik tektonik maupun vulkanik, sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Jumlah gempa kali terjadi dipengaruhi oleh posisi geologi. Efek yang dihasilkan oleh gempa pada kehidupan di permukaan bumi sangat luas, misalnya:
·         Kehadiran gempa tektonik dapat membantu ahli geologi untuk menentukan isi dari mineral dalam litosfer.
·         Kehadiran gempa dapat membantu arsitek dalam menentukan bentuk rumah dan bahan yang digunakan untuk membangun rumah yang tahan gempa.
2. Aspek sosial
Aspek sosial geografi yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, misalnya adalah penduduk, mobilitas penduduk, dan penyebaran penduduk.
  1. Populasi
Salah satu aspek sosial yang mempengaruhi kehidupan manusia adalah jumlah penduduk. Potensi besar penduduk dapat mendukung atau menghambat pembangunan.
Potensi penduduk yang dapat mendukung pengembangan antara lain:
·         Penduduk usia produktif merupakan sumber tenaga kerja.
·         Populasi besar dapat digunakan sebagai tenaga kerja perkembangan.
·         Kualitas tinggi dari tenaga kerja dapat digunakan sebagai ahli.
  1. Mobilitas Penduduk
Aspek sosial geografi yang sesuai dengan mobilisasi penduduk adalah urbanisasi. Urbanisasi pengaruh penduduk perkotaan dan pedesaan. Fenomena yang bisa kita lihat di daerah perkotaan sebagai dampak dari urbanisasi adalah penyebaran dan tingkat kriminalitas kumuh yang tinggi. Sementara itu, fenomena yang muncul di daerah pedesaan adalah menurunnya produktivitas pertanian sebagai dampak dari kehilangan pekerjaan muda.
c.       Pola Penyebaran Penduduk
Winder efek seragam penyebaran penduduk adalah sebagai berikut:
·         Pembangunan tidak merata.
·         Pemanfaatan sumber daya alam tidak optimal.
·         Lahan pertanian berkurang karena digunakan untuk perumahan.
Geografi Pembangunan merupakan suatu studi yang memperhatikan aspek-aspek Geografi dalam menunjang suatu pembangunan dan pengembangan wilayah. Aspek-aspek dalam pembangunan antara lain :
·         Aspek Fisik                                    : Tanah, Iklim, Air, Topografi, dll.
·         Aspek Manusiawi/Sosial     : Jumlah Penduduk, Persebaran Penduduk,Tenaga Kerja, dll
·         Aspek Biotis                       : Hewan, dan tanaman.
·         Aspek Abstrak                    : Letak, Luas, Batas, Bentuk.
Yang semua aspek tersebut ialah kajian dalam ilmu Geografi yang juga merupakan aspek-aspek yang terkandung dalam kajian Geografi.
 
Potensi Geografis Indonesia
Negara Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 13667 pulau dengan 5 pulau besar, berbatasan dengan laut Andaman, China Selatan, Malaysia, Phillipina dan Samudera Pasifik, Hindia dan Australia. Bentang alam di daratan barat mempunyai perairan dangkal (Dangkalan Sunda), daratan timur mempunyai perairan dangkalan (Dangkalan Sahul) dan cekungan tengah memiliki perairan laut dalam dengan beberapa palung laut. Daratan Indonesia sebagian besar kelanjutan dari jalur pegunungan Sirkum Pasifik dan jalur Sirkum Mediteran. Dataran rendah dan luas ada di Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya dan Jawa. Terdapat gunung api aktif sekitar 200 dan yang 70 berada di Pulau Jawa. Selain hasil erupsi gunung api yang memberikan lahan subur pada lerengnya, juga ada resiko bencana gunung api. Sungai-sungai dan muara juga terdapat di pulau-pulau besar yang potensial dikelola untuk kehidupan,kemudian juga terdapat danau-danau besar di Sumatera, Sulawesi, Jawa, Kalimantan.
Potensi flora di Indonesia beragam sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Tumbuhan terdapat pada zona elevasi < 700 m, 1.500 – 2.500 m dan diatas elevasi 2.500 m dpal. Sebaran flora mulai dari kawasan pantai, dataran rendah dan berawa, lereng kaki gunung hingga pegunungan. Demikian corak fauna yang beragam dan khas (corak Australia). Penduduk yang beragam suku dan bahasanya serta agama terdapat di wilayah Indonesia yang diperkirakan 300 kelompok etnik (suku bangsa). Ratusan bahasa lisan (daerah) di jumpai di Indonesia, sedangkan bahasa resmi adalah bahasa Indonesia. Beragam seni dan budaya yang dimiliki oleh berbagai kelompok etnik tersebut. Berdasarkan kondisi geografis tersebut dan kehidupan sejak
jaman kerajaan, maka urutan potensi pemanfaatan sumberdaya wilayah meliputi:
1.       Pertanian
2.       Perkebunan
3.       Kehutanan
4.       Perikanan
5.       Peternakan
6.       Pariwisata
7.       Pertambangan
8.       Industri dan jasa
9.       Perdagangan
Karakteristik Spasial Potensi Geografis
Pembangunan wilayah ditinjau dari aspek spasial dan sektoral di Indonesia perlu memperhatikan zona potensi geografis yang merupakan pendekatan spasial-ekologikal untuk menuju kesejahteraan rakyat. Pemecahan masalah pembangunan dan upaya memajukan rakyat dapat dikelompokkan atas 5 (lima) tipologi wilayah pembangunan geografis yaitu:
  1. Wilayah dengan sumberdaya alam melimpah (kaya) dan sumberdaya manusia yang banyak seperti Pulau Jawa dan Bali.
  2. Wilayah dengan sumberdaya alam melimpah (kaya) dan sumberdaya manusia sedikit seperti Pulau Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya, Sulawesi.
  3. Wilayah dengan sumberdaya alam sedikit dan sumberdaya manusia terlalu banyak seperti Jakarta dan kota – kota besar lainnya.
  4. Wilayah dengan sumberdaya alam sedikit dan sumberdaya manusia sedikit seperti Nusa Tenggara dan Maluku.
  5. Wilayah dengan sumberdaya alam yang belum diketahui potensinya dan belum ada manusianya seperti pulau-pulau kecil yang belum dihuni.
Dengan zonasi potensi geografis, maka pembangunan sektoral dapat diarahkan terutama untuk pembangunan di kawasan tertinggal seperti pada zona Maluku dan Nusa Tenggara. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dapat diarahkan agar resiko kerusakan lingkungan dan bencana alam di tiap zona tersebut dapat dikendalikan.
Visi Pembangunan Indonesia Kedepan
Pembangunan berbasis geografis yang mengutamakan keseimbangan ekonomi – ekologi dan sosiokulture bangsa Indonesia dapat dijadikan landasan untuk menetapkan pilihan apakah Indonesia negara pertanian, industri, wisata, atau tambang. Berbagai pertimbangan geografis dan sosiokultur serta letak geologis dan klimatologis, semestinya Indonesia memperkuat jati diri pembangunan sebagai Negara pertanian yang kuat di dunia. Indonesia mampu memperkuat penyediaan pangan dunia dan komoditas pertanian. Strategi pertanian yang dikembangkan berbasis 5 A yaitu:
1. Agro produksi yang berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan.
2. Agro industri (pengelolaan hasil-hasil pertanian).
3. Agro bisnis perdagangan hasil-hasil pertanian (local – regional - internasional).
4. Agro teknologi (penggunaan teknologi ramah lingkungan).
5. Agro Tourisme – sosio kulture yang dikembangkan.
Perjalanan pembangunan Indonesia menghadapi masalah jati diri/visi pembangunan nasional yang berbasis pertanian, pertambangan, industri, kehutanan sehingga dampak kerusakan lingkungan dan bencana alam terus meningkat. Sudah saatnya Indonesia menyatakan Negara Pertanian yang kuat sekaligus sebagai Negara pelestari lingkungan hidup untuk mengantisipasi global warming dan bagi penyelamatan planet bumi.
**Terimakasih sudah menyempatkan membaca , semoga bermanfaat . GBU :)

Senin, 04 April 2016

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PRAKTIK KEBIDANAN



Nama               :           Natalia Maria Marcellina ID
Kelas               :           B12.2
NIM                :           15140087

“ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PRAKTIK KEBIDANAN”

A.    Aspek Budaya Kehamilan
Selain menimbulkan kebahagiaan bagi wanita dan pasangannya, kehamilan juga dapat menimbulkan kekhawatiran pada wanita pada trimester 1, 2 dan 3. Dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan diharapkan bidan memperhatikan kebutuhan dasar manusia dalam aspek bio-psiko-sosial-budaya dan spiritual. Tingkat kebutuhan tiap individu  berbeda-beda. Masa kehamilan dan persalinan pada manusia dideskripsikan oleh Bronislaw Malinawski (1927) sebagai fokus perhatian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat, religi dan moral atau kesusilaan berdasarkan tujuan untuk menciptakan keseimbangan fisik antara ibu dan bayi, serta terutama untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan. Kondisi tersebut dihadapkan pada kenyataan adanya trauma persalinan dalam masyarakat, yang mengakibatkan ansietas pada ibu hamil (Malinowski, 1927)
Pada dasarnya, masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan karena menganggap masa tersebut kritis karena dapat membahayakan bagi janin dan atau ibunya. Tingkat kekritisan ini dapat dipandang berbeda oleh setiap individu, dan direspon oleh masyarakat dengan berbagai strategi atau sikap, seperti upacara kehamilan, anjuran dan larangan secara tradisional. Di samping itu, masyarakat secara umum berperilaku mementingkan memelihara kesehatan kehamilan, sesuai pengetahuan kesehatan modern dan tradisional. Strategi-strategi tersebut dilakukan warga masyarakat agar dapat dicapai kondisi kehamilan dan persalinan ideal tanpa gangguan (Danandjaja,1980; Swasono, 1998)



Terlepas dari sudut pandang masyarakat  tentang masa kehamilan dan persalinan yang kritis, terdapat berbagai pandangan budaya (tuntutan budaya), serta faktor-faktor sosial lainnya dalam kepentingan reproduksi. Hal tersebut meliputi:
·         Keinginan ideal perorangan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu.
·         Mengatur waktu kelahiran.
·         Sikap menerima tidaknya kehamilan.
·         Kondisi hubungan suami istri.
·         Kondisi ketersediaan sumber sosial.
·         Pengalaman perorangan mengatasi dan menghadapi komplikasi persalinan dan lain-lain.

Berbagai pandangan budaya dan faktor-faktor sosial tersebut dapat menjadi stressor yang mendukung pandangan bahwa masa hamil dan bersalin dianggap kritis dan mengakibatkan kekhawatiran bagi warga masyarakat. Pada masa kehamilan dan saat menjelang kelahiran, aspek financial juga dapat menjadi masalah jika ibu hamil dan pasangannya belum bekerja, berhenti bekerja, atau dengan penghasilan yang kurang. Ibu hamil mungkin tinggal di rumah kontrakan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan dalam lingkungan kumuh sehingga membuat ibu rentan terhadap kekurangan gizi pada masa kehamilan. Dalam setiap masyarakat ada mitos atau kepercayaan tertentu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya dan adat istiadat tertentu, seperti mitos “mitoni” :
Ø  Tidak boleh  makan makanan yang berbau amis.
Ø  Tidak boleh mempersiapkan keperluan untuk bayi sebelum lahir.
Ø  Ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik dari pada anggota keluarganya yang lain.
Ø  Anak laki-laki diberi makan lebih dulu dari pada anak perempuan dan lain sebagainya.
Yang  menentukan kuantitas, kualitas, dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia jenis kelamin, dan situasi-situasi tertentu. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi atau kebiasaan, yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu. Dengan kata lain, ibu mempunyai peran sebagai gate-keeper keluarga.

B.     Aspek Budaya Persalinan
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi. Persalinan/partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu kala I, II, III, dan IV.
v  Kala I
Periode persalinan ini dimulai dari pembukaan 1 cm sampai 10 cm (lengkap). Dalam kala ini ada beberapa fase, yaitu :
·         Fase laten : pembukaan servik kurang dari 3 cm, servik membuka perlahan selama fase ini dan biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam
·         Fase aktif : kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit, lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mulas, pembukaan dari 4 cm sampai 10 cm (lengkap) dan terdapat penurunan bagian terbawah janin.
v  Kala II
Periode ini dimulai dari ketika pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh tubuh janin. Tanda dan gejala persalinan kala II meliputi :
·         Ibu ingin mengejan.
·         Perineum menonjol.
·         Vulva dan anus membuka.
·         Meningkatnya pengeluaran darah dan lender.
·         Kepala telah turun didasar panggul.
v  Kala III
Periode ini dimulai sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya pelepasan plasenta berkisar 15-30 menit setelah bayi lahir. Pada persalinan kala III miometerium akan berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus ini menyebabkan pula berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena tempat pelekatan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, plasenta akan terlepas dari dinding uteri. Setelah lepas, plasenta akan turun ke segmen bawah rahim.
Tanda-tanda pelepasan plasenta meliputi:
·         Bentuk uterus globuler.
·         Tali pusat bertambah panjang (tanda afeld).
·         Semburan darah tiba-tiba.

Cara pelepasan plasenta ada dua, yaitu:
1.      Cara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah plasenta dan terjadi hematoma retroplasentae yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma di atasnya sekarang jatuh ke bawah dan menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang tampak pada vulva adalah permukaan fetal, sedangkan hematoma sekarang berada dalam kantong yang berputar balik. Pada pelepasan secara Schultze tidak ada pendarahan sebelum plasenta lahir atau sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya. Baru seluruh plasenta lahir darah banyak mengalir.
2.      Cara Ducan
Pelepasan dimulai dari tepi plasenta. Darah mengalir antara selaput janin dan dinding rahim, jadi pendarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta lepas dan terus berlangsung sampai plasenta lepas secara keseluruhan. Pelepasan secara Ducan sering terjadi pada plasenta letak rendah.

v  Kala IV
Periode ini dimulai setelah lahinya plasenta sampai 1 jam setelah itu. Pemantauan pada kala IV meliputi:
·         Kelengkapan plasenta dan selaput ketuban,
·         Perkiraan pengeluaran darah,
·         Laserasi atau luka episiotomy pada perineum dengan pendarahan aktif, dan
·         Keadaan umum serta tanda-tanda vital ibu
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data survey kesehatan rumah tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan ibu.
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:
a.       Dikenal secara dekat.
b.      Biaya murah.
c.       Mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak.
d.      Dapat merawat ibu dan bayi sampai 40 hari di samping akibat keterbatsan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.

Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis, penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah pendarahan, infeksi dan ekslamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dan proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang  baik tetapi, juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya, di daerah pedesaan, keputusan perawatan medis yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua atau keputusan ada di tangan suami yang sering kali menjadi panik melihat keadaan kritis yang terjadi. Kepanikan dan ketidak tahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan secara cepat. Tidak jarang pula nasihat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil.
Selain itu, sering kali kondisi tersebut diperberat oleh faktor geografis, karena jarak rumah ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau kendala ekonomi dan adanya tanggapan bahwa membawa ibu ke rumah sakit akan membutuhkan biaya yang mahal. Selain faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan faktor ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tidak dapat dihindari. Selain pada masa hamil, pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan.
     Pantangan atau anjuran yang  berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya:
·         Ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI
·         Ada makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Secara tradisional ada praktik-praktik yang dilakukan dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan ibu. Misalnya;
1.      Mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula.
2.      Memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam vagina dengan  maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan.
3.      Member jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al, 1996).

C.    Aspek Budaya Masa Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nias yaitu 6-8 minggu (Rustam Mochtar, 1998, hal. 115). Tujuan perawatan masa nifas yaitu:
1.      Memulihkan kesehatan umum penderita,
2.      Mendapatkan kesehatan emosi yang stabil,
3.      Mencegah terjadinya ineksi dan komplikasi,
4.      Memperlancar pembentukan ASI, dan
5.      Agar penderita dapat melaksanaan perawatan sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik.

Keadaan psikologis pada masa nifas meliputi insting keibuan, yang merupakan perasaan dan dorongan yang dibawa sejak manusia dilahirkan, yang ada dalam seorang wanita untuk menjadi seorang ibu yang selalu memberi kasih sayang kepada anaknya. Sikap ini berada dengan sikap pria dewasa. Walaupun mereka menyukai anak bayi, tetapi pendekatannya berbeda dengan wanita. Reaksi ibu setelah melahirkan ditentukan oleh tempramennya. Bila ibu bertempramen gembira, ibu biasanya menjadi ibu yang lebih sukses, sedangkan ibu yang selalu murung kemungkinan mengalami kesulitan dalam tugasnya sebagai seorang ibu. Selain itu, kemungkinan pula timbul reaksi kecemasan reaksi kekecewaan karena kedatangan bayinya belum diharapkan. Untuk mengadakan penyesuaian tersebut kemungkinan ibu dapat mengatasinya sendiri atau memerlukan bantuan. Oleh karena itu, tugas bidan untuk memberi bantuan yang merupakan bimbingan agar ibu dapat mengatasi masalahnya. Kebutuhan ibu masa nifas meliputi:
v  Kebutuhan fisik
Selama hamil umumnya menurun walaupun tidak sakit. Untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti istirahat, makanan yang bergizi, lingkungan bersih dilakukan pengawasan dan perawatan yang sempurna serta pengertian dari lingkungan setelah ibu pulang nanti.
v  Kebutuhan psikologis
Kebutuhan bagi tiap-tiap individu bahwa manusia butuh diakui, dihargai, diperhatikan oleh manusia lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan psikologis, bidan dan keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana dan menunjukan rasa simpati dan menghormati.
v  Kebutuhan sosial
Ibu dipenuhi dengan memfasilitasi pasangan atau keluarga mendampingi ibu bila murung, menunjukkan rasa saying pada bayi, memberi bantuan dan pelajaran yang dibutuhkan untuk mengembalikan kesehatannya.

D.    Aspek Sosial Budaya Terkait Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu). Bayi baru lahir yang dilahirkan dalam kondisi normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
ü  Berat badan 2500-4000gram.
ü  Panjang badan 48-52 cm.
ü  Lingkar badan 30-38 cm.
ü  Lingkar kepala 33-35 cm.
ü  Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 denyut/menit kemudian menurun sampai 120-160 denyut/menit.
ü  Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 kali/menit kemudian menurun sampai 40 kali/menit.
ü  Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.
ü  Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna.
ü  Kuku agak panjang dan lemas.
ü  Pada bayi laki-laki Testis sudah turun, pada bayi perempuan genetalia labia mayora telah menutupi labia minora.
ü  Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
ü  Reflek moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperli memeluk.
ü  Reflek Graff sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam.
ü  Eliminasi, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2006)
ü  Beberapa aspek sosial budaya yang dilakukan dikalangan masyarakat Indonesia terkait dengan bayi baru lahir, antara lain:
ü  Bayi harus memakai gurita supaya perutnya tidak membuncit.
ü  Bayi dibedong supaya tidak mudah terkejut, juga dapat menghangatkan badannya.
ü  Bayi saat dimandikan ditarik-tarik hidungnya agar menjadi lebih mancung.
ü  Ari-arinya harus dicuci bersih sebelum di kubur supaya bau badan tidak bau nantinya.
ü  Ibu tidak boleh membiasakan duduk dalam posisi tidur waktu menggendong bayi agar dahi bayi tidak maju (jenong atau nonong).
ü  Bayi baru lahir diberi minum grape water agar perutnya tidak kembung.
ü  Bayi baru lahir diberikan minum kopi setets agar tidak terkena penyakit  stroke.
ü  Bayi baru lahir rambutnya dipotong atau di botakin dan diberi minyak kemiri atau lidah buaya agar rambutnya tumbuh cepat dan hitam.
ü  Bayi cegukan diberi tisu basah atau kertas dibasahi di kening agar cegukannya hilang.
ü  Sapu lidi atau bangle bumbu dapur ditaruh di sebelah bantal untuk mengusir hantu jahat.
ü  Bulu mata di gunting agar lentik.
ü  Dagu lancip akibat sering ditarik.
ü  Di bawah bantal bayi ditaruh gunting lipat dan di tempat tidurnya dipukul-pukul menggunakan sapu lidi agar bayi tidur nyenyak.
ü  Bayi yang baru lahir tidak boleh difoto agar tidak menjadi narsis ketika dewasa.
ü  Bayi tidak boleh diajak keluar rumah sebelum berusia 40hari.
ü  Terkait makanan pada bayi baru lahir, ibu dilarang makan pedas, nanti feses bayi ada cabe rawit utuh, padahal maksudnya adalah mencegah bayi mengalami sakit perut jika ibu menggonsumsi makanan pedas, makan semangka menyebabkan perut bayi besar dan keras sebab “sawan” semangka dan sebagainya.
ü  Diantara berbagai aspek sosial budaya yang dilakukan oleh masyarakat tersebut, yang terbukti kebenarannya dan benar-benar tidak masuk akal kadang membuat masyarakat menjadi bingung. Memang ada benarnya bebrapa aspek sosial budaya yang ada, yang terkadang jika kita ikuti akan bermanfaat. Misalnya, Bayi tidak boleh keluar sebelum 40 hari, sebab fisik bayi belum sekuat fisik orang dewasa jika kontak dengan udara luar akan menyebabkan sakit, dan supaya bayi tidak tertular virus dari orang sakit yang kadang kita tidak sadari pada tempat yang ramai. Sedangkan kerugiannya jika kita sangat mempercayai hal tersebut antara lain bayi pada usia sebelum 40 hari mempunyai beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dan harus keluar rumah. Misalnya untuk imunisasi, berubat ke pelayanan kesehatan ketika bayi mengalami demam atau pilek, Bayi memakai gurita agar perutnya tidak buncit, padahal jika dikaitkan dengan kesehatan, bayi memakai gurita terlalu kencang dapat mengurangi daya pernafasan pada bayi yang pada akhirnya bayi tersebut sesak nafas, karena bayi lebih banyak menggunakan pola pernafasan perut, berbeda dengan orang dewasa yang menggunakan dada.

Mitos pada bayi baru lahir diantaranya :
a.       Bayi dibedong agar kaki dan tangan tidak bengkok
b.      Pakai gurita agar tidak kembung
c.       Hidung bayi ditarik-tarik agar bisa mancung