Nama : Natalia Maria Marcellina ID
Kelas : B12.2
NIM : 15140087
“ASPEK
SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PRAKTIK KEBIDANAN”
A.
Aspek Budaya Kehamilan
Selain
menimbulkan kebahagiaan bagi wanita dan pasangannya, kehamilan juga dapat
menimbulkan kekhawatiran pada wanita pada trimester 1, 2 dan 3. Dengan
menerapkan manajemen asuhan kebidanan diharapkan bidan memperhatikan kebutuhan
dasar manusia dalam aspek bio-psiko-sosial-budaya dan spiritual. Tingkat
kebutuhan tiap individu berbeda-beda.
Masa kehamilan dan persalinan pada manusia dideskripsikan oleh Bronislaw
Malinawski (1927) sebagai fokus perhatian yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat, religi dan
moral atau kesusilaan berdasarkan tujuan untuk menciptakan keseimbangan fisik
antara ibu dan bayi, serta terutama untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan. Kondisi tersebut dihadapkan pada kenyataan adanya trauma
persalinan dalam masyarakat, yang mengakibatkan ansietas pada ibu hamil
(Malinowski, 1927)
Pada
dasarnya, masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan karena
menganggap masa tersebut kritis karena dapat membahayakan bagi janin dan atau
ibunya. Tingkat kekritisan ini dapat dipandang berbeda oleh setiap individu,
dan direspon oleh masyarakat dengan berbagai strategi atau sikap, seperti
upacara kehamilan, anjuran dan larangan secara tradisional. Di samping itu,
masyarakat secara umum berperilaku mementingkan memelihara kesehatan kehamilan,
sesuai pengetahuan kesehatan modern dan tradisional. Strategi-strategi tersebut
dilakukan warga masyarakat agar dapat dicapai kondisi kehamilan dan persalinan
ideal tanpa gangguan (Danandjaja,1980; Swasono, 1998)
Terlepas
dari sudut pandang masyarakat tentang
masa kehamilan dan persalinan yang kritis, terdapat berbagai pandangan budaya
(tuntutan budaya), serta faktor-faktor sosial lainnya dalam kepentingan
reproduksi. Hal tersebut meliputi:
·
Keinginan
ideal perorangan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu.
·
Mengatur
waktu kelahiran.
·
Sikap
menerima tidaknya kehamilan.
·
Kondisi
hubungan suami istri.
·
Kondisi
ketersediaan sumber sosial.
·
Pengalaman
perorangan mengatasi dan menghadapi komplikasi persalinan dan lain-lain.
Berbagai pandangan budaya dan
faktor-faktor sosial tersebut dapat menjadi stressor yang mendukung pandangan
bahwa masa hamil dan bersalin dianggap kritis dan mengakibatkan kekhawatiran
bagi warga masyarakat. Pada masa kehamilan dan saat menjelang kelahiran, aspek
financial juga dapat menjadi masalah jika ibu hamil dan pasangannya belum
bekerja, berhenti bekerja, atau dengan penghasilan yang kurang. Ibu hamil
mungkin tinggal di rumah kontrakan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan
dalam lingkungan kumuh sehingga membuat ibu rentan terhadap kekurangan gizi
pada masa kehamilan. Dalam setiap masyarakat ada mitos atau kepercayaan
tertentu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya dan adat
istiadat tertentu, seperti mitos “mitoni” :
Ø Tidak boleh makan makanan yang berbau amis.
Ø Tidak boleh mempersiapkan keperluan
untuk bayi sebelum lahir.
Ø Ayah yang bekerja sebagai pencari
nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih
baik dari pada anggota keluarganya yang lain.
Ø Anak laki-laki diberi makan lebih
dulu dari pada anak perempuan dan lain sebagainya.
Yang menentukan kuantitas, kualitas, dan
jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh
anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia jenis
kelamin, dan situasi-situasi tertentu. Walaupun pola makan ini sudah menjadi
tradisi atau kebiasaan, yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan
mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu. Dengan kata lain, ibu
mempunyai peran sebagai gate-keeper
keluarga.
B.
Aspek Budaya Persalinan
Persalinan
normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir secara
spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi.
Persalinan/partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu kala I, II, III, dan IV.
v Kala I
Periode
persalinan ini dimulai dari pembukaan 1 cm sampai 10 cm (lengkap). Dalam kala
ini ada beberapa fase, yaitu :
·
Fase
laten : pembukaan servik kurang dari 3 cm, servik membuka perlahan selama fase
ini dan biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam
·
Fase
aktif : kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit, lama kontraksi 40 detik atau
lebih dan mulas, pembukaan dari 4 cm sampai 10 cm (lengkap) dan terdapat
penurunan bagian terbawah janin.
v Kala II
Periode
ini dimulai dari ketika pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh tubuh janin.
Tanda dan gejala persalinan kala II meliputi :
·
Ibu
ingin mengejan.
·
Perineum
menonjol.
·
Vulva
dan anus membuka.
·
Meningkatnya
pengeluaran darah dan lender.
·
Kepala
telah turun didasar panggul.
v Kala III
Periode
ini dimulai sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya pelepasan
plasenta berkisar 15-30 menit setelah bayi lahir. Pada persalinan kala III
miometerium akan berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus ini
menyebabkan pula berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena tempat
pelekatan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, plasenta akan
terlepas dari dinding uteri. Setelah lepas, plasenta akan turun ke segmen bawah
rahim.
Tanda-tanda
pelepasan plasenta meliputi:
·
Bentuk
uterus globuler.
·
Tali
pusat bertambah panjang (tanda afeld).
·
Semburan
darah tiba-tiba.
Cara pelepasan plasenta ada dua,
yaitu:
1. Cara Schultze
Pelepasan
dimulai pada bagian tengah plasenta dan terjadi hematoma retroplasentae yang
selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma di
atasnya sekarang jatuh ke bawah dan menarik lepas selaput janin. Bagian
plasenta yang tampak pada vulva adalah permukaan fetal, sedangkan hematoma
sekarang berada dalam kantong yang berputar balik. Pada pelepasan secara
Schultze tidak ada pendarahan sebelum plasenta lahir atau sekurang-kurangnya
terlepas seluruhnya. Baru seluruh plasenta lahir darah banyak mengalir.
2. Cara Ducan
Pelepasan
dimulai dari tepi plasenta. Darah mengalir antara selaput janin dan dinding
rahim, jadi pendarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta lepas dan terus
berlangsung sampai plasenta lepas secara keseluruhan. Pelepasan secara Ducan
sering terjadi pada plasenta letak rendah.
v Kala IV
Periode
ini dimulai setelah lahinya plasenta sampai 1 jam setelah itu. Pemantauan pada
kala IV meliputi:
·
Kelengkapan
plasenta dan selaput ketuban,
·
Perkiraan
pengeluaran darah,
·
Laserasi
atau luka episiotomy pada perineum dengan pendarahan aktif, dan
·
Keadaan
umum serta tanda-tanda vital ibu
Memasuki masa persalinan merupakan
suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan dapat
terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Di daerah
pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong
persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data survey kesehatan rumah tangga
tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat
praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan ibu.
Pemilihan dukun beranak sebagai
penolong persalinan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:
a. Dikenal secara dekat.
b. Biaya murah.
c. Mengerti dan dapat membantu dalam
upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak.
d. Dapat merawat ibu dan bayi sampai 40
hari di samping akibat keterbatsan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Interaksi antara kondisi kesehatan
ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil
persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis, penyebab klasik
kematian ibu akibat melahirkan adalah pendarahan, infeksi dan ekslamsia
(keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara
tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dan proses persalinan.
Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang
kurang baik tetapi, juga karena ada
faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya, di daerah
pedesaan, keputusan perawatan medis yang akan dipilih harus dengan persetujuan
kerabat yang lebih tua atau keputusan ada di tangan suami yang sering kali
menjadi panik melihat keadaan kritis yang terjadi. Kepanikan dan ketidak tahuan
akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang
seharusnya dilakukan secara cepat. Tidak jarang pula nasihat yang diberikan
oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil.
Selain itu, sering kali kondisi
tersebut diperberat oleh faktor geografis, karena jarak rumah ibu dengan tempat
pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau kendala
ekonomi dan adanya tanggapan bahwa membawa ibu ke rumah sakit akan membutuhkan
biaya yang mahal. Selain faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,
faktor geografis dan faktor ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan
disebabkan juga sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi
merupakan takdir yang tidak dapat dihindari. Selain pada masa hamil, pantangan
atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan.
Pantangan atau anjuran yang berkaitan dengan proses pemulihan kondisi
fisik misalnya:
·
Ada
makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI
·
Ada
makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan
bayi.
Secara
tradisional ada praktik-praktik yang dilakukan dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan ibu. Misalnya;
1. Mengurut perut yang bertujuan untuk
mengembalikan rahim ke posisi semula.
2. Memasukkan ramuan-ramuan seperti
daun-daunan ke dalam vagina dengan
maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses
persalinan.
3. Member jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh (Iskandar et al, 1996).
C.
Aspek Budaya Masa Nifas
Masa nifas
adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nias yaitu 6-8 minggu
(Rustam Mochtar, 1998, hal. 115). Tujuan perawatan masa nifas yaitu:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita,
2. Mendapatkan kesehatan emosi yang
stabil,
3. Mencegah terjadinya ineksi dan
komplikasi,
4. Memperlancar pembentukan ASI, dan
5. Agar penderita dapat melaksanaan
perawatan sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik.
Keadaan
psikologis pada masa nifas meliputi insting keibuan, yang merupakan perasaan
dan dorongan yang dibawa sejak manusia dilahirkan, yang ada dalam seorang
wanita untuk menjadi seorang ibu yang selalu memberi kasih sayang kepada
anaknya. Sikap ini berada dengan sikap pria dewasa. Walaupun mereka menyukai
anak bayi, tetapi pendekatannya berbeda dengan wanita. Reaksi ibu setelah
melahirkan ditentukan oleh tempramennya. Bila ibu bertempramen gembira, ibu
biasanya menjadi ibu yang lebih sukses, sedangkan ibu yang selalu murung
kemungkinan mengalami kesulitan dalam tugasnya sebagai seorang ibu. Selain itu,
kemungkinan pula timbul reaksi kecemasan reaksi kekecewaan karena kedatangan
bayinya belum diharapkan. Untuk mengadakan penyesuaian tersebut kemungkinan ibu
dapat mengatasinya sendiri atau memerlukan bantuan. Oleh karena itu, tugas
bidan untuk memberi bantuan yang merupakan bimbingan agar ibu dapat mengatasi
masalahnya. Kebutuhan ibu masa nifas meliputi:
v Kebutuhan fisik
Selama
hamil umumnya menurun walaupun tidak sakit. Untuk memenuhi kebutuhan fisik
seperti istirahat, makanan yang bergizi, lingkungan bersih dilakukan pengawasan
dan perawatan yang sempurna serta pengertian dari lingkungan setelah ibu pulang
nanti.
v Kebutuhan psikologis
Kebutuhan
bagi tiap-tiap individu bahwa manusia butuh diakui, dihargai, diperhatikan oleh
manusia lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan psikologis, bidan dan
keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana dan menunjukan rasa simpati dan
menghormati.
v Kebutuhan sosial
Ibu dipenuhi dengan memfasilitasi pasangan atau keluarga
mendampingi ibu bila murung, menunjukkan rasa saying pada bayi, memberi bantuan
dan pelajaran yang dibutuhkan untuk mengembalikan kesehatannya.
D.
Aspek Sosial Budaya Terkait Bayi
Baru Lahir
Bayi baru
lahir adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu). Bayi
baru lahir yang dilahirkan dalam kondisi normal mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
ü Berat badan 2500-4000gram.
ü Panjang badan 48-52 cm.
ü Lingkar badan 30-38 cm.
ü Lingkar kepala 33-35 cm.
ü Bunyi jantung dalam menit pertama
kira-kira 180 denyut/menit kemudian menurun sampai 120-160 denyut/menit.
ü Pernafasan pada menit pertama
kira-kira 80 kali/menit kemudian menurun sampai 40 kali/menit.
ü Kulit kemerah-merahan dan licin
karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.
ü Rambut lanugo tidak terlihat, rambut
tampak sempurna.
ü Kuku agak panjang dan lemas.
ü Pada bayi laki-laki Testis sudah
turun, pada bayi perempuan genetalia labia mayora telah menutupi labia minora.
ü Reflek hisap dan menelan sudah
terbentuk dengan baik.
ü Reflek moro sudah baik, bayi
dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperli memeluk.
ü Reflek Graff sudah baik, bila
diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam.
ü Eliminasi, urine dan mekonium akan
keluar dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2006)
ü Beberapa aspek sosial budaya yang
dilakukan dikalangan masyarakat Indonesia terkait dengan bayi baru lahir,
antara lain:
ü Bayi harus memakai gurita supaya
perutnya tidak membuncit.
ü Bayi dibedong supaya tidak mudah
terkejut, juga dapat menghangatkan badannya.
ü Bayi saat dimandikan ditarik-tarik
hidungnya agar menjadi lebih mancung.
ü Ari-arinya harus dicuci bersih
sebelum di kubur supaya bau badan tidak bau nantinya.
ü Ibu tidak boleh membiasakan duduk
dalam posisi tidur waktu menggendong bayi agar dahi bayi tidak maju (jenong atau
nonong).
ü Bayi baru lahir diberi minum grape
water agar perutnya tidak kembung.
ü Bayi baru lahir diberikan minum kopi
setets agar tidak terkena penyakit
stroke.
ü Bayi baru lahir rambutnya dipotong
atau di botakin dan diberi minyak kemiri atau lidah buaya agar rambutnya tumbuh
cepat dan hitam.
ü Bayi cegukan diberi tisu basah atau
kertas dibasahi di kening agar cegukannya hilang.
ü Sapu lidi atau bangle bumbu dapur
ditaruh di sebelah bantal untuk mengusir hantu jahat.
ü Bulu mata di gunting agar lentik.
ü Dagu lancip akibat sering ditarik.
ü Di bawah bantal bayi ditaruh gunting
lipat dan di tempat tidurnya dipukul-pukul menggunakan sapu lidi agar bayi
tidur nyenyak.
ü Bayi yang baru lahir tidak boleh
difoto agar tidak menjadi narsis ketika dewasa.
ü Bayi tidak boleh diajak keluar rumah
sebelum berusia 40hari.
ü Terkait makanan pada bayi baru
lahir, ibu dilarang makan pedas, nanti feses bayi ada cabe rawit utuh, padahal
maksudnya adalah mencegah bayi mengalami sakit perut jika ibu menggonsumsi
makanan pedas, makan semangka menyebabkan perut bayi besar dan keras sebab
“sawan” semangka dan sebagainya.
ü Diantara berbagai aspek sosial
budaya yang dilakukan oleh masyarakat tersebut, yang terbukti kebenarannya dan
benar-benar tidak masuk akal kadang membuat masyarakat menjadi bingung. Memang
ada benarnya bebrapa aspek sosial budaya yang ada, yang terkadang jika kita
ikuti akan bermanfaat. Misalnya, Bayi tidak boleh keluar sebelum 40 hari, sebab
fisik bayi belum sekuat fisik orang dewasa jika kontak dengan udara luar akan
menyebabkan sakit, dan supaya bayi tidak tertular virus dari orang sakit yang
kadang kita tidak sadari pada tempat yang ramai. Sedangkan kerugiannya jika
kita sangat mempercayai hal tersebut antara lain bayi pada usia sebelum 40 hari
mempunyai beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dan harus keluar rumah.
Misalnya untuk imunisasi, berubat ke pelayanan kesehatan ketika bayi mengalami
demam atau pilek, Bayi memakai gurita agar perutnya tidak buncit, padahal jika
dikaitkan dengan kesehatan, bayi memakai gurita terlalu kencang dapat
mengurangi daya pernafasan pada bayi yang pada akhirnya bayi tersebut sesak
nafas, karena bayi lebih banyak menggunakan pola pernafasan perut, berbeda
dengan orang dewasa yang menggunakan dada.
Mitos pada bayi baru
lahir diantaranya :
a. Bayi
dibedong agar kaki dan tangan tidak bengkok
b. Pakai
gurita agar tidak kembung
c. Hidung
bayi ditarik-tarik agar bisa mancung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar